Aneka Pemeriksaan Rahim

Untuk mengetahui sesuatu yang mencurigakan di rahim perlu dilakukan pemeriksaan. Nah, jenis pemeriksaan apa yang tepat? Kita tahu rahim memegang peranan penting dalam proses kelanjutan keturunan atau tumbuh kembang janin. Rahim yang berbentuk bola lampu pijar atau buah pir ini, dalam keadaan tak hamil terletak dalam rongga panggul di antara kandung kencing dan dubur.

Rahim terdiri atas 3 bagian besar, yaitu :

badan rahim yang berbentuk segitiga,
leher rahim yang berbentuk silinder,
dan rongga rahim.

Nah, untuk menjadikan ibu dan anak yang sehat tentu diperlukan rahim yang sehat. Untuk melihat kesehatan rahim kita itulah diperlukan adanya pemeriksaan rahim.

Sering kan, kala datang ke dokter ahli kebidanan dan kandungan, kita disarankan melakukan aneka pemeriksaan yang berkaitan dengan rahim. Bisa jadi untuk satu wanita dengan wanita lain akan berbeda jenis pemeriksaannya.

Ibu A mungkin diminta melakukan pemeriksaan laparoskopi, sementara ibu B cukup melakukan HSG, sedangkan ibu C diminta melakukan kolposkopi.

Sebenarnya ada berapa macamkah pemeriksaan untuk rahim? Apa saja kegunaan dari masing-masing pemeriksaan itu? Mari kita simak penjelasan dr. Achmad Mediana, SpOG dari Departemen Obstetri dan Ginekologi RSPAD Gatot Subroto berikut ini.

IN SPEKULO

Dilakukan pada ibu hamil muda atau ibu yang pertama kali datang untuk memeriksakan diri ke dokter ahli kebidanan dan kandungan. Karena itu in spekulo dikatakan sebagai pemeriksaan dasar.

Pemeriksaan ini menggunakan spekulum cocor bebek yang dimasukkan ke vagina. Gunanya untuk melihat keadaan permukaan di leher rahim. Dari pemeriksaan ini, dokter akan mengetahui apakah ibu yang datang sedang hamil muda atau tidak. Sebab, kala hamil muda rahim akan berubah warna agak keunguan.

Dari pemeriksaan ini pula dokter akan mengetahui apakah di permukaan leher rahim ada infeksi, jengger ayam/kandiloma, varises, ataupun bila ada keganasan atau kanker leher rahim.

Dengan demikian, bila dari hasil pemeriksaan ditemukan hal-hal tersebut dokter bisa segera menentukan langkah-langkah pengobatannya. Tentu saja pengobatan disesuaikan dengan kondisi kehamilannya, apakah perlu dilakukan tindakan saat itu juga ataukah cukup diobati ringan saja, atau malah didiamkan saja menunggu janin dan plasentanya cukup kuat baru diambil tindakan.

Dari hasil pemeriksaan in spekulo dokter bisa menilai persalinannya kelak. “Jika di jalan lahirnya ada varises, misalnya, dan dalam perkembangannya varises itu bertambah besar, maka tak mungkin dianjurkan untuk persalinan biasa.”

PEMERIKSAAN DALAM

Bersamaan dengan pemeriksaan in spekulo, dokter juga akan melakukan pemeriksaan dalam atau colok vaginal. Dikatakan colok vaginal karena dilakukan dengan cara perabaan memakai dua jari dokter yang dimasukkan ke dalam vagina. Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat besar rahim atau ukurannya, serta untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan rahim. “Selain itu, juga bisa teraba kalau ada benjolan tumor ataupun polip.”

Untuk memperoleh hasil yang sebaik-baiknya, sebaiknya si ibu berbaring dengan letak litomi (terlentang dengan posisi mengangkang dan lutut dilipat). “Si ibu juga harus santai dan tak boleh menegangkan perutnya.” Selain itu, kandung kencing juga sebaiknya dikosongkan karena bila penuh dapat disangka suatu kista ovarium.

Pemeriksaan colok vaginal akan dilakukan lagi pada usia kehamilan 20-28 minggu bila memang ada indikasi, misalnya, di usia kehamilan itu si ibu sudah merasakan mulas yang teratur. Pada akhir trimester III pun pemeriksaan jenis ini akan dilakukan lagi, yaitu untuk memantau persalinan, misalnya, memantau bagian terbawah janin atau keadaan serviks, vagina, dan panggul.

PEMERIKSAAN USG

Selain kedua pemeriksaan di atas, kerapkali dokter juga melakukan pemeriksaan penunjang, yaitu dengan dilakukannya pemeriksaan USG, baik secara transvaginal maupun abdominal.

“Kalau si ibu datang periksa kehamilan di usia 7-8 minggu, maka tentu tangan dokter tak bisa meraba adanya janin di dalam rahim. Nah, dengan memakai USG, dokter bisa tahu keberadaan si janin.” USG juga bisa melihat jumlah bayinya, apakah bayinya terletak di dalam atau di luar kandungan, serta lokalisasi plasenta. Bahkan USG serial mampu menilai perkembangan siklus dari telur tiap harinya. Juga untuk memantau masa subur si wanita.

Tidak hanya di trimester I, USG juga perlu dilakukan di usia kehamilan trimester II dan III. “USG yang dilakukan pada trimester II gunanya untuk skrining bayi. Sedangkan di trimester III dilakukan untuk memantau proses persalinan.”

PEMERIKSAAN LUAR

Dilakukan dengan meraba rahim dari luar untuk melihat pembesaran rahim, letak janin, gerakan janin, serta kontraksi rahim. Dari pemeriksaan ini pula akan diketahui apabila pembesaran rahim tak sesuai usia kehamilannya. Kalau rahimnya besar, tapi tak sesuai dengan usia kehamilannya, maka dokter perlu mencari tahu, apakah janinnya besar atau tidak.

Di trimester III, pemeriksaan luar akan dibantu dengan doppler atau CTG/Cardiotokografi untuk merekam denyut jantung bayinya.

PEMERIKSAAN PAP SMEAR

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi dini kelainan-kelainan yang ada di leher rahim atau untuk menilai sel-sel leher rahim. Mengapa demikian? Karena sel-sel leher rahim selalu berubah sesuai siklus. Bukankah pengaruh hormon estrogen dan progesteron menyebabkan perubahan pada sel-sel selaput lendir vagina? Sehingga secara tak langsung pemeriksaan ini juga berguna untuk mengetahui fungsi hormonal.

Pemeriksaan ini tidak dilakukan hanya untuk ibu hamil, melainkan sebaiknya dilakukan bagi semua wanita yang telah melakukan hubungan intim. Terutama bagi wanita yang telah berusia di atas 35 tahun, atau bila ada indikasi, seperti keputihan, pasien dengan IUD. Sebab, IUD menggunakan benang yang bisa mengakibatkan iritasi di leher rahim, sehingga sel-selnya berubah sifat.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengambil getah serviks kemudian diperiksa di laboratorium.

KOLPOSKOPI

Dilakukan bila ada kecurigaan di daerah leher rahim dengan cara diteropong. Alat kolposkopi terdiri atas dua alat pembesaran optik yang ditempatkan pada penyangga yang terbuat dari besi. “Dengan teropong kolposkopi, kita bisa membesarkan hal-hal yang dicurigai di daerah leher rahim hingga 20 kali lebih besar.” Bukan hanya peneropongan, alat ini juga sekaligus bisa langsung memberikan tes. Artinya, dengan disemprotkan obat tertentu, maka daerah yang dicurigai itu akan berubah warna menjadi putih atau warna lain.

“Karena kolposkopi dilengkapi dengan layar teve, maka pasien bisa melihat hasil peneropongan tersebut di layar teve.” Pemeriksaan kolposkopi juga disertai alat untuk mengambil jaringan yang dicurigai tersebut. Biasanya, kalau hal ini dilakukan, maka si ibu akan dibius lokal.

BIOPSI

Adalah pengangkatan dan pemeriksaan jaringan dari leher rahim untuk tujuan diagnosa. “Kalau pada pemeriksaan pap smear dilakukan dengan cara mengambil hapusan cairan leher rahim. Kalau biopsi, jaringannya yang diambil dengan semacam alat atau jepitan.”

Selanjutnya, jaringan yang telah diambil itu dikirim ke laboratorium. “Biasanya biopsi dilakukan bila ada kecurigaan berupa benjolan asing atau ada perubahan anatomi. Karena itu harus dilakukan pengambilan jaringan untuk melihat apakah benjolan asing itu adalah polip, tumor, atau kanker.”

Biopsi dapat dilakukan lebih terarah jika sebelumnya dilakukan pemeriksaan kolposkopi lebih dulu. Dengan demikian kemungkinan salah diagnosis lebih kecil.

KURET D/C atau DIAGNOSTIK KURETASE

Diagnostik kuretase dilakukan untuk mengambil sel-sel dari jalan lahir. “Biasanya dilakukan pada pasien yang mengalami perdarahan di luar haid. Apalagi bagi yang sudah menopause.” Gunanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan di jalan lahir atau di dalam rahim atau bila ada keganasan. Waktu pemeriksaan bisa dilakukan kapan saja bila ada perdarahan.

PEMERIKSAAN BV (Bakterial Vaginosis) atau SWAB VAGINA

Dilakukan pada pasien-pasien yang terkena infeksi berulang. Misalnya, keputihan yang berulang atau radang panggul yang tak kunjung sembuh.

Bila ada gejala seperti di atas, maka dokter akan mengambil cairan di vaginanya untuk dilihat di laboratorium. Kuman-kuman apakah yang ada di dalamnya. “Dari situ kita bisa memberi obat sesuai kuman yang didapat di daerah itu. Biasanya obatnya berupa antibiotik disertai cairan pembersih vagina untuk memanipulasi pH vagina agar menjadi asam.”

Pemeriksaan ini juga dilakukan pada ibu yang sedang hamil, terutama yang kerapkali mengalami kontraksi. Karena salah satu penyebab kontraksi adalah infeksi di leher rahim.

HIDROTUBASI

Salah satu bentuk tes untuk menilai patensi tuba (menilai terbuka atau tertutupnya saluran tuba). Biasanya dilakukan pada hari ke-7 hingga ke-11 siklus haid pada pasien-pasien infertilitas, yaitu setahun setelah menikah, tapi tak kunjung hamil.

Hidrotubasi dilakukan menggunakan cairan yang dimasukkan dalam selang dan disemprotkan ke dalam vagina. Itulah mengapa, pemeriksaan ini sering dikenal dengan istilah “ditiup”. Pemeriksaan ini tanpa risiko, kok, sehingga bisa diulang-ulang. “Kalaupun si wanitanya sangat sensitif, paling timbul reaksi alergi. Namun dengan diberikan antibiotik, biasanya alergi pun akan hilang.”

HSG/Histero Salvingografi

Seperti halnya hidrotubasi, HSG dilakukan untuk menilai saluran tuba dan tumor-tumor yang ada di sekitarnya. “Saluran tuba ini bisa terbelokkan oleh adanya tumor. Karena itu diperlukan pemeriksaan HSG.”

Pemeriksaan HSG juga dilakukan pada hari ke-7 hingga ke-11 siklus haid. “Karena saat itu dinding dalam rahim paling tipis, juga sel telur tidak ada, sehingga paling pas untuk dilakukan pemeriksaan HSG ataupun hidrotubasi.”

Dibandingkan dengan pemeriksaan hidrotubasi, maka pemeriksaan HSG lebih berisiko terkena radiasi. Sebab, pemeriksaan HSG menggunakan zat radioaktif/rontgen. “Sel telurnya juga bisa terkena radiasi, sehingga ada kemungkinan sel telur yang normal jadi mati.”

HYCOSY/Histero Salvingo Sonografi

Sama seperti halnya HSG, pemeriksaan ini digunakan untuk menilai saluran tuba. “Jika HSG menggunakan zat radioaktif, maka hycosy memakai bantuan USG vaginal.” Hycosy merupakan pencanggihan dari hidrotubasi. Jadi, bisa dilakukan sekaligus dengan hidrotubasi.

“Jadi, jika hidrotubasi hanya menyemprotkan cairan obat ke dalam vagina, maka ditambah dengan USG ini, kita sekaligus bisa melihat aliran obat yang kita semprotkan itu.”

Sama halnya dengan hidrotubasi, pemeriksaan ini aman untuk diulang. “Tidak seperti HSG, pada Hycosy ini tidak ada dampak radiasinya.”

HISTEROSKOPI

Suatu alat yang masuk ke dalam rahim yang dilengkapi dengan kamera, sehingga visualisasi yang dicapai lebih baik. “Sementara kalau HSG tidak bisa melihat permukaan dalam rahim, seperti kalau ada polip, maka dengan histeroskopi akan terlihat permukaan dalam rahim dan saluran tuba.”

Histeroskopi juga sekaligus bisa untuk diagnosis dan terapi. “Jadi, kalau ditemukan polip di rahim, kita bisa langsung melasernya. Pun kalau ada kelainan lainnya bisa langsung diambil. Bahkan kalau ada sekat dalam rahim, bisa langsung dilakukan pemotongan sekat tersebut.”

LAPAROSKOPI

Pemeriksaan untuk melihat bagian dalam rahim secara keseluruhan. Jadi, semuanya akan kelihatan. Dalam pemeriksaan ini akan dimasukkan suatu alat teropong yang ditembuskan melalui perut. Itulah mengapa, pemeriksaan laparoskopi termasuk dalam tindakan operatif.

“Laparoskopi adalah tindakan paling akhir kalau semua pemeriksaan, seperti HSG, Hycosy, serta histeroskopi masih belum mendapatkan hasil yang jelas atau masih memerlukan penunjang.” Karena dilengkapi dengan sarana operasi, alat ini bisa digunakan baik untuk tindakan diagnostik maupun operatif.

“Kalau ada benjolan, maka dalam pemeriksaan ini bisa langsung diambil. Kalau ada pelengketan, akan dipisahkan. Kalau ada penyumbatan di saluran tuba bisa dilancarkan.”

Sementara untuk keperluan diagnostik alat ini biasanya digunakan untuk menilai rahim itu sendiri. Adakah pelengketan di daerah rahim, adakah mioma atau tumor, bagaimana saluran tuba, misalnya.

Jadi, laparoskopi adalah pemeriksaan yang relatif paling lengkap. Karena biaya pemeriksaan ini sangat mahal, maka untuk pemeriksaan dalam rahim biasanya dokter tidak langsung menggunakan jenis pemeriksaan ini. “Selain itu, karena tindakan ini termasuk tindakan operasi, maka pasti ada risikonya.”

Menurut Achmad, sebelum rahim ditembus alat peneropong, perut dimasuki gas lebih dulu agar menggembung. Nah, tentunya ada risikonya, kan, perut diberi gas? “Kalau tidak terampil menggunakannya, gas bisa masuk ke pembuluh darah. Kalau sudah begitu, si ibu bisa tak tertolong, kan?

Selain itu, saat memasukkan alat ke perut, bisa saja salah satu usus kena tusuk. Begitu juga saat trohar (batang logam berujung runcing) untuk masuk kamera bergerak di dalam perut, maka bisa saja ia menabrak usus.”

Bukan itu saja, bila diperlukan tindakan operatif, maka dilakukan dengan cara bakar-membakar atau menggunakan laser. “Nah, bisa saja saat membakar menyerempet ke tempat lain, misalnya usus. Itulah mengapa, tak sembarangan dokter kandungan bisa melakukan ini. Harus yang benar-benar terampil menggunakannya. Namun, asal dokternya benar-benar ahli menggunakan alat ini sebenarnya banyak manfaatnya, kok.”

Nah, Bu-Pak, tak perlu bingung-bingung lagi, kan, bila dokter Anda meminta dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan di atas. Karena, kini kita lebih tahu dan paham tentang aneka pemeriksaan itu.


* sumber : senoprabowo.com




0 Comments:

Post a Comment



Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Blogger Template by Blogcrowds